Prakiraan Ekonomi Indonesia Meleset Jauh, Apa Sebabnya?
Menjelang akhir tahun pemerintah selalu membuat prediksi atau
prakiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun mendatang, di mana prakiraan tersebut
digunakan untuk banyak hal, antara lain sebagai dasar menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dua tahun terakhir ini, 2013 dan 2014, prakiraan pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang disampaikan oleh “institusi”
pemerintah, yaitu Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, jauh dari akurat
alias meleset tajam.
2103
Kementerian Keuangan memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2013
sebesar 6,8 persen, jauh lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2012
yang sebesar 6,23 persen. Prakiraan ini kemudian dikoreksi menjadi 6,3 persen
pada Juni 2013 seperti tercantum pada APBN-Perubahan. Tetapi, realisasinya ternyata
hanya 5,78 persen, sangat jauh dari prakiraan awal 6,8 persen.
Bank Indonesia pada awalnya memprediksi pertumbuhan ekonomi
tahun 2013 akan mencapai 6,5% (dengan rentang antara 6,3 persen – 6,8 persen),
kemudian dikoreksi menjadi 6,2 persen – 6,6 persen, atau 6,4 persen, pada April
2013, dan kemudian dikoreksi lagi menjadi 5,8 persen – 6,2 persen, atau 6,0
persen, pada Juli 2013.
2014
Untuk tahun 2014 Kementerian Keuangan memprakirakan pertumbuhan
ekonomi bertumbuh 6,0 persen. Tetapi faktanya pertumbuhan ekonomi 2014 hanya
5,01 persen, sangat jauh dari prakiraan. Seperti pada 2013 Kementerian Keuangan
juga harus melakukan revisi prakiraan pertumbuhan ekonomi 2014 sampai tiga kali
sepanjang 2014. Tetapi, ternyata masih juga melenceng jauh dari realisasinya.
Bagaimana dengan tahun 2015 ini? Pada APBN-P yang
disampaikan akhir tahun 2014 Kementerian Keuangan membuat prakiraan pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,7 persen. Tetapi, faktanya cukup mengejutkan, karena realisasi
pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 anjlok menjadi 4,71 persen, jauh meleset dari
prakiraan. Melihat fakta ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro kini mulai
berbisik-bisik bahwa pertumbuhan ekonomi yang realistis untuk 2014 ini adalah sekitar
5,4 persen. Apakah angka 5,4 persen ini masih akan direvisi lagi? Awal Agustus 2015
Badan Pusat Statistik akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan
II, atau semester I, 2015. Ketika itu kita baru akan tahu apakah revisi prakiraan
pertumbuhan 5,4 persen tersebut masih realistis atau tidak.
Dari uraian di atas terlihat sekali institusi pemerintah
sangat amatir dalam membuat prakiraan pertumbuhan ekonomi belakangan ini, dan terkesan
main-main. Sangat berbahaya sekali kalau prakiraan pertumbuhan ekonomi tahunan dilakukan
secara sembarangan dan menjadi ajang tebak-menebak.
Mengapa bisa demikian tidak akurat prakiraan pertumbuhan
ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah?
Bukankah pemerintah, baik Kementerian Keuangan dan Bank
Indonesia, mempunyai model ekonometrik yang cukup cangggih yang dapat membuat
prakiraan pertumbuhan ekonomi secara akurat, dengan rentang penyimpangan yang relatif
cukup sempit? Apakah selama ini model
ekonometrik tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk memprediksi prakiraan pertumbuhan
ekonomi untuk satu tahun ke depan? Atau, apakah pemerintah sudah tidak mampu lagi
menggunakan model ekonometrik tersebut? Apabila benar demikian, maka sangat
memprihatinkan pengelolaan ekonomi negara hanya berdasarkan menghitung kancing,
alias tebak-menebak.
--- 000 ---
Comments
Post a Comment