Posts

Showing posts from June, 2013

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Januari – April 2013 bisa di bawah 5 persen

Data statistik perdagangan Indonesia selama Januari – April 2013 menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Export turun 7,07%, dari 64,69 miliar dolar AS pada Januari-April 2012 menjadi 60,11 miliar dolar AS pada Januari-April 2013. Import turun 1,15%, dari 62,68 miliar dolar AS pada Januari-April 2012 menjadi 61,96 miliar dolar AS pada Januari-April 2013. Neraca perdagangan defisit meningkat, dari surplus 2,00 miliar dolar AS untuk 4 bulan pertama 2012 menjadi defisit 1,85 miliar dolar AS pada periode yang sama 2013. Pada kuartal pertama (Januari-Maret) 2013, ekonomi Indonesia bertumbuh 6,02%. Melihat perkembangan neraca perdagangan Indonesia selama Januari – April 2013 yang mengalami penurunan cukup drastis, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan melebihi 5,0% untuk periode tersebut di atas, bahkan bisa di bawah 4,5%.

China’s Economic Rise on Global Economic Power: Challenges and Opportunities for Indonesia’s Economy

Image
The People’s Republic of China’s Economic Development in Brief Since the economic reform initiated in 1978, the economy of the People’s Republic of China (hereinafter is referred to as China) has been growing phenomenally. It is believed that the rise of China’s economy was even more advanced than Japan’s economic miracle during 1960s to 1980s. Prior to the economic reform, the China’s economic performance was slipping steadily. In 1960, China’s economy was listed fourth in the world economy, higher than Japan’s economy that was ranked fifth. However, in 1978 the rank of China’s economy dropped to the tenth of the world economy with the output size of only 6.5 percent of the output of the United States, and not surprisingly, China was regarded as one of the poorest countries in the world. According to World Bank, the poverty ratio of China, i.e. the ratio of the number of people to total population who live on less than $2.00 a day (PPP, at 2005 international price), stood as hig

Mengapa Ekonomi Bertumbuh

Konon, di suatu desa di pegunungan terpencil nun jauh di negeri Jamrud Katulistiwa, tinggal tiga sekawan bernama Ali, Badu dan Cecep. Ketika itu, kehidupan mereka  sangat sederhana. Mereka hidup dari hasil berburu kelinci yang sangat banyak di negeri tersebut. Mereka berburu hanya dengan menggunakan tangan tanpa ada alat bantu. Karena sulit menangkap kelinci yang sangat gesit dengan menggunakan tangan, setiap orang hanya bisa menangkap satu kelinci selama satu hari berburu, dan satu kelinci tersebut cukup untuk makan satu hari. Oleh karena itu, setiap hari mereka harus berburu untuk mempertahankan hidupnya. Menjelang tidur pada malam hari, mereka suka mengobrol dan berkhayal, alangkah senangnya apabila mereka dapat beristirahat dan besantai untuk satu hari saja dalam satu minggu. Tentu saja hal tersebut merupakan hal yang mustahil, karena istirahat satu hari tanpa berburu berarti tidak makan selama satu hari. Tetapi, obrolan yang pada awalnya hanya merupakan khayalan belaka, per

Sisi Lain Ekonomi: Konsumsi Domestik yang Besar Menahan Pertumbuhan Ekonomi

Image
Banyak pihak mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak perlu dikhawatirkan karena didukung oleh Konsumsi Domestik (Rumah Tangga) yang kuat, dengan kontribusi sekitar 55% dari PDB. Pendapat seperti ini bisa menyesatkan gambaran perekonomian yang baik. Rasio Konsumsi Rumah Tangga yang besar dapat disebabkan karena rasio-rasio lainnya relatif rendah: rasio Investasi terhadap PDB rendah, rasio Ekspor terhadap PDB rendah. Mari kita belajar dari perekonomian China yang bertumbuh luar biasa cepatnya. Gambar di bawah ini memuat perkembangan ekonomi China sejak economic reforms  di mulai pada tahun 1978 hingga 2011. Seperti kita ketahui, pertumbuhan ekonomi China sangat luar biasa cepatnya selama kurun waktu tersebut, sekitar rata-rata 10% per tahun. Pada tahun-tahun awal reformasi, rasio konsumsi rumah tangga terhadap PDB juga cukup besar, sekitar 50% (seperti kondisi ekonomi kita saat ini). Sedangkan rasio Investasi dan Ekspor terhadap PDB jauh di bawah Konsumsi Rumah Tangga.

Membedah Anatomi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012

Image
Sungguh sulit dipercaya, perekonomian Indonesia tahun 2012 bertumbuh 6,23%. Pasalnya, harga komoditas yang menjadi andalan Ekspor Indonesia dengan kontribusi hampir 40% dari Total Ekspor, seperti Karet dan turunannya, Batubara dan turunannya, serta Minyak Kelapa Sawit dan turunannya, berguguran. Banyak pihak underestimate peran Ekspor dalam perekonomian Indonesia. Dikatakan, perekonomian Indonesia didukung oleh Konsumsi Rumah Tangga yang tinggi, sekitar 55% dari PDB. Sedangkan Ekspor hanya sekitar 10% saja. Yang dimaksud sebenarnya adalah Ekspor Bersih (Ekspor setelah dikurangi Impor). Tetapi, nilai Ekspor itu sendiri sebenarnya sangat besar, yaitu 47,58% dari PDB untuk tahun 2012, hampir setara dengan Konsumsi Rumah Tangga. (Lihat Tabel 1.)  Oleh karena itu, penurunan drastis harga komoditas tersebut di atas pada tahun 2012 seharusnya berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun tersebut. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tahun 2102 sebesar 6,23% sungg