Pernyataan Kontroversial Menteri Perdagangan Rachmat Gobel


"Rubrik Komentar": Pernyataan Kontroversial Pejabat

Menanggapi defisit neraca perdagangan November 2014 sebesar 426 juta dollar AS, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding turunnya harga minyak dunia sebagai alasan utama terjadinya defisit tersebut.

Berikut ini kutipan berita yang dimuat metrotvnews.com. Berita selengkapnya dapat diikuti melalui tautan berikut ini:  http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/01/02/339813/mendag-sebut-turunnya-harga-minyak-dunia-jadi-sebab-utama-defisit-neraca-perdagangan

Mendag Sebut Turunnya Harga Minyak Dunia Jadi Sebab Utama Defisit Neraca Perdagangan
Husen Miftahudin - 02 Januari 2015 12:48 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada November 2014. Dilaporkan, bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD425,7 juta, padahal pada bulan sebelumnya neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD0,02 miliar.

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menuturkan, defisit neraca perdagangan terjadi karena harga minyak dunia saat ini mengalami penurunan, sehingga mempengaruhi ekspor. Namun, lanjut dia, sektor nonmigas Indonesia saat ini mengalami kenaikan sehingga menyelamatkan neraca perdagangan dari kemungkinan terjun bebas.

…………

Pertanyaannya adalah, bagaimana dan mengapa penurunan harga minyak dunia dapat membuat neraca perdagangan defisit lebih besar?

Komentar 1:
Secara logika normal, penurunan harga minyak dunia akan membuat neraca perdagangan (Migas) Indonesia menjadi lebih baik, alias defisitnya akan berkurang. Karena, seperti kita ketahui, neraca perdagangan Migas Indonesia selama ini mengalami defisit terus. Artinya, impor Migas Indonesia lebih besar dari ekspornya.

Nah, kalau harga minyak mentah dunia turun, maka, secara logika normal, penurunan nilai impor pasti akan jauh lebih besar dari penurunan nilai ekspor, yang mana artinya neraca perdagangan Migas akan menjadi lebih baik, atau defisit menurun, dengan asumsi faktor-faktor lainnya, misalnya, volume impor dan ekspor, tetap sama, alias konstan. Bukankah begitu? Oleh karena itu, anjloknya nilai ekspor Migas November 2014 relatif terhadap nilai impornya pasti disebabkan oleh faktor-faktor lainnya, misalnya karena anjloknya volume ekspor dibanding dengan volume impor.

Komentar 2:
Kemudian, Menteri Perdagangan juga mengatakan:
"Namun, lanjut dia, sektor nonmigas Indonesia saat ini mengalami kenaikan sehingga menyelamatkan neraca perdagangan dari kemungkinan terjun bebas."

Faktanya, neraca perdagangan sektor Non-Migas bulan November 2014 mengalami penurunan dibanding Oktober 2014, kebalikan dari pernyataan Menteri Perdagangan tersebut di atas: surplus neraca perdagangan Non-Migas November 2014 hanya 940 juta dollar AS saja, turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 1.131 juta dollar AS. Lihat tabel di bawah ini.
Tabel: Neraca Perdagangan Migas dan Non-Migas Indonesia Januari - November 2014
Penutup
Kita mengimbau, hati-hatilah para pejabat publik dalam membuat pernyataan agar tidak menimbulkan kontroversial yang dapat diartikan bahwa yang bersangkutan tidak mengerti terhadap permasalahan yang dibicarakan, atau asal bunyi saja, sehingga dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap kompetensi atau kejujurannya.

Follow: @AnthonyBudiawan untuk mengikuti berita Ekonomi, Keuangan dan Kebijakan Publik terkini.

--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial