Ini Alasannya Mengapa Ekonomi Pertanian Terpuruk Untuk Jangka Panjang
Di negeri Republik Impian (RI), lahan tanahnya terdiri dari
dua jenis lahan, yaitu lahan tandus dan lahan subur. Lahan tandus tidak dapat
ditanami tanaman apapun. Sedangkan lahan subur, dengan luas keseluruhan 5 juta
hektar, hanya ditanami jenis tanaman padi, di mana setiap hektarnya menghasilkan
6 ton padi untuk satu kali masa panen. Artinya, output per hektar, atau disebut
juga produktivitas lahan per hektar, adalah 6 ton. Dalam setahun, dengan sistem
pengairan, atau irigasi, yang memadai, lahan tanaman padi di negeri RI tersebut
dapat menghasilkan 3 kali panen.
Dengan demikian, maka total output ekonomi pertanian negeri
RI menghasilkan 30 juta ton padi untuk satu kali masa panen (lihat baris 3 di
tabel di bawah ini), atau 90 juta ton padi per tahun (dengan 3 kali masa panen
per tahun) (baris 5), atau 90 miliar kg padi per tahun (baris 6). Kalau harga
padi di negeri RI = 4.000 dollar RI per kg, maka nilai nominal total output
ekonomi pertanian negeri RI menjadi 360.000 miliar dollar RI (dollar RI), atau 360
triliun dollar RI (baris 8).
Seperti kita ketahui, output per hektar, atau produktivitas
lahan, tanaman padi dari tahun ke tahun selalu sama, atau tidak meningkat, kecuali
ada terobosan teknologi baru yang dapat meningkatkan output per hektar
(misalnya, padi hibrida yang katanya bisa menghasilkan 8 ton per hektar, tapi
masih banyak menyisakan pertanyaan dampaknya terhadap kesehatan).
Sebaliknya, produktivitas lahan bahkan cenderung menurun untuk
jangka waktu menengah dan panjang karena kondisi tanah akan rusak ketika ditanami
terus-menerus. Hal ini bisa terjadi karena bahan kimia pupuk yang terserap ke dalam
tanah merusak nutrisi di dalam tanah, atau nutrisi di dalam tanah habis
tersedot tanaman sehingga nutrisi lambat laun berkurang.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa output per
hektar tanaman padi negeri RI jumlahnya akan tetap sama (konstan), dalam contoh
ini, 6 ton per hektar, atau bahkan cenderung menurun untuk jangka waktu
menengah dan panjang. Artinya, ekonomi pertanian negeri RI
tidak akan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun (dengan asumsi, tidak ada
teknologi baru yang dapat meningkatkan output per hektar, dan seluruh lahan
sudah ditanami). Oleh karena itu, total output ekonomi pertanian negeri RI, dalam kuantitas, maksimal 90 miliar kg padi per tahun, yang berlaku juga untuk tahun-tahun selanjutnya karena produktivitas
tidak meningkat. Dengan terjadinya inflasi di negeri RI, maka pertumbuhan riil bahkan menjadi negatif: sepuluh tahun kemudian, nilai riil total output
ekonomi pertanian negeri RI akan merosot tajam; dua puluh tahun kemudian, dapat
dipastikan banyak lahan tidur terbentang di negeri yang subur ini karena
menanam padi sudah tidak ekonomis lagi akibat nilai riil-nya sudah merosot
tajam tergerogoti inflasi.
Inilah alasannya
mengapa ekonomi pertanian akan terpuruk untuk jangka waktu menengah dan
panjang.
Catatan:
Karakteristik output per hektar yang konstan pada tanaman
padi pada prinsipnya juga berlaku pada tanaman pertanian dan perkebunan
lainnya:
- Output per hektar tanaman jagung juga konstan (dan menurun);
- Output per hektar tanaman tebu juga konstan (dan menurun);
- Output per hektar tanaman kopi juga konstan (dan menurun);
- Output per hektar tanaman coklat juga konstan (dan menurun);
- Serta tanaman-tanaman lainnya;
Nantikan artikel lanjutan dengan judul: "Ini Alasannya Mengapa Petani Miskin".
--- 000 ---
Comments
Post a Comment