Ekonomi Indonesia Masih Tertekan: Neraca Perdagangan 2014 Defisit US$ 2 Miliar dan Inflasi 8,36 persen

Badan Pusat Statistik (BPS) pagi ini, 2 Januari 2015, mengumumkan data ekonomi Indonesia terkini.

Neraca perdagangan November 2014 mengalami defisit 426 juta dollar AS. Hal ini cukup mengejutkan beberapa pihak karena mengharapkan kabar gembira setelah neraca perdagangan Oktober 2014 mengalami surplus yang sangat marjinal, yaitu 23 juta dollar AS. Defisit November 2014 ini disebabkan karena kinerja ekspor November 2014 turun drastis, yaitu turun 14,57 persen dibanding November 2013.

Secara keseluruhan, neraca perdagangan sampai dengan November 2014 membukukan defisit lebih dari 2 miliar dollar AS, sehingga hampir dapat dipastikan bahwa neraca perdagangan untuk tahun 2014 akan mengalami defisit untuk tahun ke tiga kalinya secara berturut-turut sejak 2012.

Sedangkan data ekonomi penting lainnya yang diumumkan oleh BPS pagi ini adalah data inflasi tahun 2014 yang mencapai 8,36 persen, hampir sama dengan inflasi tahun 2013 sebesar 8,38 persen.

Defisit neraca perdagangan yang menahun dan inflasi yang cukup tinggi ini tentu saja akan memberi tekanan terhadap perekonomian nasional: kurs rupiah akan tertekan, dan kemungkinan besar Bank Indonesia akan me-respons-nya dengan menaikkan suku bunga acuan yang saat ini berada di tingkat 7,75 persen. Apabila hal ini terjadi, maka aktivitas ekonomi akan tertekan dan target pertumbuhan 2015 sebesar 5,8 persen niscaya sangat sulit tercapai.

Bagaimana prospek neraca perdagangan tahun 2015? Hal ini tergantung dari perkembangan harga komoditas andalan ekspor Indonesia. Kemungkinan besar harga komoditas pada tahun 2015 ini masih akan mengalami tekanan, terutama apabila the FED (Bank Sentral Amerika Serikat) menaikkan suku bunganya. Apabila hal ini yang terjadi, maka dapat dipastikan bahwa neraca perdagangan 2015 masih akan mengalami defisit. Hal ini disebabkan karena Indonesia masih belum bisa mengandalkan produk-produk industri lainnya untuk meningkatkan ekspor.

Dan juga perlu diwaspadai bahwa tahun 2015 merupakan tahun persiapan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Artinya, pelaku ekonomi akan menunggu, atau menunda, investasi hingga MEA berlaku efektif tahun 2016. Dengan kata lain, perdagangan pada 2015 akan semakin ramai di kawasan MEA, dan kemungkinan besar Indonesia akan mengalami defisit yang lebih besar lagi karena kalah bersaing dengan Singapore, Malaysia dan Thailand, yang saat ini neraca perdagangan Indonesia dengan ketiga negara tersebut selalu mengalami defisit yang cukup besar.

--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial