Ekonomi Indonesia 2015 Cenderung Melemah

Pemerintah memperkirakan ekonomi Indonesia tahun 2015 akan bertumbuh 5,8 persen, suatu perkiraan yang sangat optimistis! Pasalnya, pertumbuhan ekonomi tahun 2014, per triwulanan, menunjukkan tren menurun terus: pertumbuhan ekonomi pada triwulan I sebesar 5,21 persen, kemudian turun menjadi 5,12 persen pada triwulan II, dan kemudian turun lagi menjadi hanya 5,01 persen saja pada triwulan III. Saya perkirakan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV akan lebih rendah dari triwulan III, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 4,8 – 4,9 persen saja. Alasannya, inflasi triwulan IV jauh lebih tinggi dari triwulan III karena penaikan harga BBM “bersubsidi” pada November lalu, yang kemudian menekan aktivitas ekonomi. Secara keseluruhan, saya perkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 tidak akan melebihi 5 persen.

Melihat data dan fakta di atas, apakah ekonomi tahun 2015 akan lebih baik dari 2014? Faktor apa saja yang membuat pemerintah optimistis untuk mencapai pertumbuhan 5,8 persen?

Pelajaran Tahun 2014
Sekedar mengingatkan saja, pada tahun 2014 pemerintah harus merevisi perkiraan pertumbuhan ekonominya beberapa kali, dan itupun masih meleset. Pada awalnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,0 persen seperti tertuang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Kemudian, pada pertemuan dengan Badan Anggaran DPR pertengahan Februari 2014, pemerintah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2014 menjadi 5,8 – 6,0 persen. Setelah mendapat kenyataan bahwa realisasi pertumbuhan triwulan I 2014 hanya 5,21 persen saja, pemerintah kemudian merevisi lagi perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 5,5 persen yang dituangkan pada APBN-Perubahan 2014. Dan inipun masih meleset jauh, karena pertumbuhan ekonomi Januari – September 2014 (9 bulan) hanya 5,1 persen saja. Kemudian, pertumbuhan pada triwulan IV ini nampaknya bahkan akan di bawah 5 persen, sehingga secara tahunan pertumbuhan ekonomi 2014 nampaknya tidak akan melebihi 5 persen.

Baca juga: Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2014 Meleset Tajam: Perkiraan atau Harapan? http://bit.ly/1pS455V.

Apakah pemerintah belum belajar juga dari pengalaman tahun 2014 yang lalu? Karena, pemerintah kali ini masih menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,8 persen, jauh lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan 2014. Atas dasar apa, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2015 akan jauh lebih baik dari 2014? Apakah kenaikan harga BBM “bersubsidi” pada November lalu yang meningkatkan penerimaan negara dianggap dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi secara spektakuler? Apakah yang namanya “ruang gerak fiskal yang lebih luas” akan serta merta meningkatkan pertumbuhan ekonomi?

Ilusi APBN
Penaikan harga BBM “bersubsidi” memang akan meningkatkan penerimaan negara (atau mengurangi pengeluaran atau belanja “subsidi BBM” negara). Tetapi, faktanya, kontribusi APBN terhadap pertumbuhan ekonomi sangat rendah sekali, yaitu antara 0,1 hingga 0,4 persen saja.  Sebaliknya, penaikan harga BBM secara bersamaan akan mengurangi pendapatan konsumsi (consumable income) masyarakat pengguna BBM “bersubsidi” (karena meraka harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk BBM). Di samping itu, penaikan harga BBM akan membuat inflasi meningkat. Kombinasi kedua hal ini, consumable income yang lebih rendah dan inflasi yang meningkat, akan mengurangi kontribusi konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kelihatannya pemerintah mengharapkan pertumbuhan ekonomi 2015 diperoleh dari belanja infrastruktur (jalan, pelabuhan, kereta api, listrik). Tetapi, proyek infrastruktur hanya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi apabila pembiayaan untuk proyek-proyek infrastruktur tersebut tidak berasal (baca: diambil) dari pendapatan (konsumsi) masyarakat. Artinya, kalau pembiayaan proyek infrastruktur diambil dari pendapatan (konsumsi) masyarakat maka hal ini tidak akan memberi dampak berarti pada pertumbuhan ekonomi: karena, peningkatan belanja infrastruktur akan diikuti dengan pelemahan konsumsi masyarakat.

Seperti kita ketahui, sumber pembiayaan proyek infrastruktur 2015 yang cukup besar tersebut, menurut rencana akan berasal dari kenaikan harga BBM, dan berarti berasal dari pendapatan (konsumsi) masyarakat, Dalam kasus ini, maka pembelanjaan infrastruktur tersebut tidak akan meningkatkan ekonomi secara keseluruhan. Karena, biaya proyek tersebut akan mengurangi konsumsi masyarakat.

Perkiraan Ekonomi 2015
Ekonomi Indonesia tahun 2015 akan tergantung dari berbagai faktor, khususnya perkembangan kebijakan moneter Amerika Serikat serta pemulihan ekonomi global. Arah kebijakan moneter Amerika Serikat sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena kebijakan tersebut akan memengaruhi harga komoditas dunia termasuk batubara, minyak sawit dan karet yang menjadi andalan ekspor Indonesia.

Apabila suku bunga Amerika Serikat naik, maka diperkirakan dolar AS akan keluar dari Indonesia, kurs rupiah akan terdepresiasi, dan Bank Indonesia kemungkinan besar akan meresponsnya dengan menaikkan suku bunga acuan, yang mana akan membuat investasi, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, tertekan.

Ekspor kelihatannya juga masih belum bisa diandalkan untuk mengangkat kinerja ekonomi Indonesia 2015 karena krisis ekonomi global masih belum berakhir: ekonomi Uni Eropa masih belum beranjak dari resesi, ekonomi China melambat, ekonomi Jepang juga masih tertekan. Bahkan beberapa negara penghasil minyak mentah seperti Rusia, Venezuela, dan lainnya diperkirakan akan memasuki resesi akibat harga minyak mentah yang terus menurun.

Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: suku bunga acuan bank Indonesia cenderung meningkat, investasi tertekan, ekspor masih belum bisa diandalkan karena pelambatan ekonomi global masih berlanjut, konsumsi masyarakat melemah akibat kenaikan harga BBM dan inflasi. Kenaikan pendapatan negara yang berasal dari kenaikan harga BBM tersebut jauh dari cukup untuk mengkompensasikan penurunan-penurunan lainnya tersebut di atas. Secara keseluruhan, ekonomi 2015 cenderung melemah, dengan rentang pertumbuhan antara 4,0 persen – 5,0 persen saja.


--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial