Kebijakan The FED Menentukan Nasib Rupiah dan Kinerja Ekonomi Indonesia

Pada 1 Januari 2013, kurs rupiah sudah sebesar Rp 9.795 per dolar AS. Lihat grafik.

Sumber: Bloomberg

Pada 1 May 2013 ketika Ben Bernanke, Gubernur Bank Sentral AS, pertama kali mengatakan pengurangan bertahap Quantitative Easing (QE) dapat saja dilakukan setiap waktu tergantung dari perkembangan dan kondisi ekonomi AS dan tingkat inflasi, kurs rupiah ketika itu masih Rp 9.724 per dolar AS, bahkan lebih tinggi dari kurs awal tahun 2013.

Sumber: Bloomberg

Sejak saat itu, isu tapering (pengurangan bertahap) QE berkembang sangat serius karena pertumbuhan perekonomian AS memang cukup mengesankan. Pada 22 May 2013, sebelum pertemuan dengan Congres Ben Bernanke menegaskan kembali kemungkinan isu tapering dapat dilaksanakan setiap waktu tergantung kondisi ekonomi. Sejak saat itu kurs rupiah (dan kurs mata uang negara-negara yang termasuk dalam emerging market, misalnya rupee India) berguguran.

Pada akhir Agustus 2013, empat bulan setelah isu tapering pertama kali mencuat, kurs rupiah melemah menjadi Rp 11.184, atau melemah 15 persen.

Sumber: Bloomberg

Dari uraian dan data di atas dapat dilihat, pelemahan rupiah jelas disebabkan oleh isu pengetatan QE (tapering). Oleh karena itu, kebijakan Bank Indonesia terkait dengan penaikan BI rate menjadi kurang relevan untuk dapat meredam merosotnya nilai rupiah.

Isu tapering sudah sedemikian kuatnya sehingga para pelaku pasar (pemilik modal yang masuk ke emerging market) sudah menyiapkan diri. Mereka bahkan sempat yakin Ben Bernanke akan mengumumkan tapering dalam 3 pertemuan FOMC selanjutnya  (September, October, atau Desember 2013).

Sempat ada sedikit keragu-raguan atas diberlakukannya tapering ini dalam waktu dekat ketika data ekonomi AS triwulan II 2013 menunjukkan tingkat pertumbuhan yang di bawah estimasi, yaitu hanya bertumbuh 1,7 persen saja, sedangkan estimasi 2,2 persen. Tetapi, data revisi terkini yang dikeluarkan akhir Agustus 2013 menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS ternyata 2,5 persen, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 2,2 persen.

Melihat perkembangan ekonomi AS yang cukup baik, ditambah dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi (mendekati target inflasi yang ditetapkan sebesar 2 persen), maka tapering sangat mungkin dilaksanakan selambat-lambatnya pada akhir tahun ini.

Seperti yang dikatakan oleh Dennis Lockhart, Presiden dari Fed Atlanta:
"You have to remember that we are a legal creature of Congress and that we only have a mandate to concern ourselves with the interest of the US. Other countries simply have to take that as a reality and adjust to us if that's something important for their economies"

Oleh karena itu, Pemerintah dan Bank Indonesia sebaiknya menyiapkan langkah-langkah dan kebijakan sedini mungkin untuk mengurangi dampak negatif tapering terhadap perekonomian Indonesia.

Selamat Bekerja Pemerintah dan Bank Indonesia!

--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial