Siapa Bilang Ekonomi Indonesia Tidak Tergantung Kebijakan Asing?

Sekali Lagi, Penaikan BI Rate Tidak Efektif

Reaksi pasar di dunia, termasuk Indonesia, terhadap kebijakan moneter AS yang menunda tapering (pelambatan QE) sangat luar biasa. Indeks saham IHSG melonjak 4,65 persen (Kamis, 19 September 2013), dan rupiah menguat hampir 5 persen. Sepanjang Kamis, rupiah sempat diperdagangkan pada rentang Rp 10.694 - Rp 11.325 per dolar AS.

Respons seperti di atas tidak terlihat ketika Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga acuannya yang disebut juga dengan BI rate hingga 4 kali dalam periode 4 bulan dengan total kenaikan sebesar 1,5 persen menjadi 7,25 persen.

Dari respons terhadap kebijakan-kebijakan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan secara jelas bahwa fluktuasi rupiah dan indeks saham IHSG dewasa ini tergantung dari kebijakan Bank Sentral AS, bukan dari kebijakan Bank Indonesia terutama yang terkait dengan penaikan BI rate. Oleh karena itu, juga dapat disimpulkan, menaikkan BI rate menjadi 7,25 persen tidak efektif untuk meredam penurunan nilai rupiah. Sebaliknya, penaikan BI rate ini akan membuat bencana baru bagi perekonomian Indonesia karena akan memperlambat pertumbuhan ekonomi: memperlambat pertumbuhan konsumsi serta investasi, yang seharusnya tidak perlu terjadi.

--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial