Strategi Pemenangan Pemilukada Ala Jokowi

Joko Widodo, yang popular dengan sebutan Jokowi, membuat strategi pemenangan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) berubah total. Perubahan ini juga pasti akan berdampak pada strategi pemenangan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan bahkan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) yang akan datang.

Jokowi membuat kejutan pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 dengan memenangi Pemilukada secara meyakinkan dari incumbent Fauzi Bowo yang juga dikenal dengan Foke. Pada awalnya, Jokowi dipandang sebelah mata karena rekam jejak dan pengalaman Jokowi di birokrasi hanyalah sebagai Walikota Solo. Sedangkan Foke, sebagai incumbent yang membangun karir di Pemprov DKI selama lebih dari 35 tahun, dan dikenal sebagai ahli dalam bidang Perencanaan Kota dan Wilayah lulusan Jerman, diunggulkan oleh banyak pihak karena dianggap tahu persis permasalahan Jakarta. Banyak pengamat berpendapat, pengalaman Jokowi di Solo tidak dapat disamakan dengan Jakarta yang mempunyai luas area sekitar 17 kali kota Solo, dan yang mempunyai permasalahan yang jauh lebih kompleks dari Solo. Tetapi, akhirnya semua prediksi menjadi mentah, dan Jokowi mengalahkan Foke pada puteran kedua Pemilukada Jakarta.

Faktor utama Jokowi memenangi Pemilukada adalah jujur dan kerja keras. Penduduk Jakarta yang sudah bergelut dengan berbagai permasalahan sejak lama menginginkan ada perubahan. Figur Jokowi yang jujur dan pekerja keras menumbuhkan harapan. Janji Jokowi dalam kampanye 2012 untuk mengatasi permasalahan utama Jakarta, yaitu kemacetan dan banjir, mendapat kepercayaan penuh dari penduduk Jakarta. Penduduk Jakarta percaya, semua permasalahan Jakarta dapat diselesaikan apabila semua pejabat di pemprov DKI berlaku jujur dan bekerja keras seperti Jokowi.

Setelah menjadi orang nomor 1 di Jakarta, Jokowi langsung tancap gas alias kerja keras. Antusiasme pendukung Jokowi semakin tinggi, dan Jokowi langsung diusulkan sebagai capres pada Pilpres 2014. Banjir yang melanda Jakarta saat ini juga tidak membuat popularitas Jokowi menyurut. Para pendukung Jokowi memakluminya karena pemerintahan Jokowi baru berumur satu tahun tiga bulan dan belum dapat secara maksimal mangatasi permasalahan Jakarta yang sangat kompleks ini, mereka berargumen. Kalau sudah dipercaya penuh oleh masyarakat, maka pembelaan pun akan datang dengan sendirinya.

Oleh karena itu, strategi pemenangan Pemilukada, Pileg dan Pilpres selanjutnya akan meniru strategi ala Jokowi. Pemilukada, Pileg dan Pilpres yang akan datang akan didominasi oleh para calon yang jujur dan pekerja keras. Kompetensi akan menjadi urutan kesekian, tidak terlalu penting. Kejujuran dan kerja keras dipercaya dapat mengatasi semua permasalahan.

Kalau pada akhirnya semua partai politik dapat menampilkan para calon pemimpin yang jujur dan pekerja keras, seperti halnya PDIP menampilkan Jokowi, maka Jokowi akan kehilangan competitive advantage yang dimilikinya. Hal ini disebabkan karena competitive advantage Jokowi, jujur dasn kerja keras, dapat dengan mudah ditiru alias di-copy. Berdasarkan kriteria ini, saya kira Abraham Samad, ketua KPK saat ini, akan mempunyai elektabilitas yang sangat tinggi karena terbukti dapat menggiring banyak petinggi negara dan daerah memakai rompi oranye KPK yang keramat itu.

 “Mari Adu Jujur”!


=== 000 ===

Comments

  1. Jokowi is like a gold fish, swimming is sweet calm waters and admired by many. What he doesn't realizes is that these same ignorant people want to send him to deep sea where he has to deal with salt water and so many predators.
    True words are not beautiful
    Beautiful words are not true
    Those who are good do not debate
    Those who debate are not good
    Those who know are not broad of knowledge
    Those who are broad of knowledge do not know(Toa te Ching).

    ReplyDelete
  2. saya rasa jadi pemimpin memang tidak perlu sekedar ahli dalam 1 bidang, yang dibutuhkan adalah tau sedikit sedikit dalam banyak hal. sisanya biar ahli dalam bidangnya yang menyelesaikan. pemimpin hanya perlu tau masalah, dapat data+dari ahlinya, buat keputusan, eksekusi.

    ReplyDelete
  3. Analisa anda belum mencakup mengenai Jokowi Presiden Boneka Megawati. Apa jadinya apabila seorang Presiden sebelum mengambil keputusan harus menghadap dan meminta ijin dahulu kepada pihak-pihak lain ??

    Jokowi adalah boneka keluarga Megawati yang dikendalikan melalui partai PDIP. Wacana Jokowi-Puan patut diwaspadai sebagai trik keluarga megawati mengulingkan jokowi di tengah jalan, kemudian kursi presiden di ambil alih oleh puan maharani. Ingat kasus kudeta megawati terhadap Gus Dur.

    Sejarah akan kembali berulang !.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial