Rupiah Masih Melemah, Meskipun Neraca Perdagangan Surplus
Senin, 2 Desember 2013, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan
neraca perdagangan bulan Oktober 2013 mengalami surplus, setelah sempat defisit pada bulan sebelumnya. Berita ini cukup mengejutkan bagi banyak pihak.
Meskipun surplus tersebut terbilang kecil, hanya 42 juta dolar AS, tetapi hasil
ini sungguh melegakan di tengah tekanan defisit yang bertubi-tubi.
Kurs rupiah pun langsung bergerak menguat menyusul berita
menggembirakan ini. Pemerintah langsung mengatakan, kebijakan ekonomi telah
bekerja dengan baik: kenaikan BI rate, pelarangan impor, telah berhasil membuat
defisit menjadi surplus.
Tetapi, pasar memang sungguh kejam. Kita hanya diberi dua
hari saja untuk bergembira. Setelah itu, kurs rupiah kembali mengalami tekanan.
Kemarin (4 Desember 2013), kurs tengah rupiah Bank Indonesia tercatat Rp 11.960
per dolar AS, dan hari ini melemah lagi menjadi Rp 12.018 per dolar AS.
Apa yang sesungguhnya terjadi? Mengapa kurs rupiah melemah
lagi? Bukankah neraca perdagangan sudah mengalami surplus? Bukankah pemerintah
mengatakan program ekonomi, baik program moneter maupun program fiskal, sudah
menunjukkan hasil yang positif sehingga rupiah seharusnya menguat?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut banyak dilontarkan oleh
berbagai pihak dengan penuh ketidakmengertian. Semoga pemerintah dapat
menjelaskannya, mengapa rupiah masih melemah.
--- 000 ---
Comments
Post a Comment