Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Defisit Neraca Perdagangan masih berlanjut! Bagaimana Prospek Ekonomi Selanjutnya?

Pertumbuhan PDB triwulan II (Apr – Jun) 2013 hanya 5,81 persen (year-on-year)*), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB triwulan I (Jan-Mar) 2013 yang sebesar 6,02 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB semester I (Jan-Jun) 2013 menjadi 5,92 persen (year-on-year).
*) Year-on-year (y-o-y) artinya dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Tingkat pertumbuhan sebesar 5,92 persen ini cukup “mengejutkan”. Pasalnya, kondisi ekspor kita sepanjang 2013 ini masih sangat tertekan sehingga mengakibatkan defisit neraca perdagangan meningkat – penurunan ekspor jauh lebih besar dari penurunan impor.

Ekspor turun dari 96,96 miliar dolar AS (semester I 2012) menjadi 91,05 miliar dolar AS (semester I 2013), atau turun 5,91 miliar dolar AS, atau 6,09 persen (lihat tabel 1). Sedangkan impor turun lebih rendah dari ekspor, yaitu dari 96,45 miliar dolar AS (semester I 2012) menjadi 94,36 miliar dolar AS (semester I 2013), atau turun 2,09 miliar dolar AS, atau 2,16 persen.

Perkembangan ekspor-impor tersebut di atas membuat defisit neraca perdagangan meningkat dari surplus 0,51 miliar dolar AS (semester I 2012) menjadi defisit 3,31 miliar dolar AS (Semester 2013).


Tabel 1: Ekspor-Impor Semester I 2013 versus Semester I 2012

Mengingat kinerja ekspor-impor yang kurang menggembirakan ini, mengapa pertumbuhan ekonomi semester I masih dapat mencapai 5,92 persen? Faktor apa yang menunjang pertumbuhan ekonomi tersebut? Bagaimana dengan kemungkinan tingkat pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2013 ini?

Dari tabel 2 dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang menunjang pertumbuhan ekonomi semester I 2013. Total pertumbuhan (riil) yang berasal dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi (pembentukan modal tetap domestik bruto) sebesar 4,21 persen (2,82%+0,10 %+1,29%). Sedangkan pertumbuhan riil yang berasal dari ekspor mencapai 1,99 persen, jauh lebih besar dari pertumbuhan riil investasi.

Tabel 2: Sumber pertumbuhan ekonomi Semester I 2013 vs. Semester I 2012

Kok bisa? Bukankah kinerja ekspor selama semester I 2013 jauh terpuruk seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu turun dari 96,96 miliar dolar AS (semester I 2012) menjadi 91,05 miliar dolar AS (semester I 2013)? Tetapi, mengapa kinerja ekspor yang terpuruk malah dapat memberi kontribusi terhadap pertumbuhan PDB secara signifikan, yaitu 1,99 persen? (Sedangkan impor yang turunnya lebih sedikit dari ekspor – dari 96,45miliar dolar AS (semester I 2013) menjadi 94,36 miliar dolar AS (semester I 2012) – malah cuma bertumbuh 0,12 persen saja?)

Ada dua faktor penyebab mengapa hal di atas dapat terjadi (kinerja turun, tetapi kontribusi terhadap pertumbuhan tinggi).

Faktor pertama adalah kurs rupiah yang melemah pada semester I 2013. Seperti dapat dilihat di tabel 3, meskipun ekspor dalam dolar turun 6,09 persen, tetapi dalam rupiah ternyata naik 2,11 persen karena kurs rupiah yang digunakan untuk ekspor rata-rata naik 8,73 persen pada semester I 2013 (y-o-y). Begitu juga dengan impor, meskipun dalam dolar turun 2,16 persen, tetapi dalam rupiah ternyata naik 5,70 persen karena kurs rupiah yang digunakan untuk impor rata-rata naik 8,04 persen pada semester I 2013 (y-o-y).

Tabel 3: Ekspor dan impor dalam dolar versus rupiah

Faktor kedua adalah deflator, yaitu indikator kenaikan harga yang digunakan dalam mengonversi nilai nominal (= berdasarkan harga berlaku) menjadi nilai riil (= berdasarkan harga konstan), dengan formula:
                   nilai nominal / deflator = nilai riil

Deflator = 120 berarti kenaikan harga secara kumulatif mencapai 20 persen.

Seperti dapat dilihat di tabel 4, ekspor dengan nilai nominal hanya naik 2,11 persen pada semester I 2013 (y-o-y). Tetapi, ekspor dengan nilai riil ternyata naik 4,18 persen pada semester yang sama. Hal ini disebabkan karena deflator semester I 2013 (159,15) lebih rendah dari deflator 2012 (162,38), sehingga menghasilkan nilai riil ekspor semester I 2013 menjadi Rp 636.900 miliar (= Rp 1.013.600 miliar / 159,15) dan semester I 2012 menjadi Rp 611.340 miliar (Rp 992.683 / 162,38). Deflator yang lebih rendah pada semester I 2013 menunjukkan bahwa terjadi deflasi (penurunan harga) pada barang-barang ekspor di semester I 2013 (y-o-y).

Sedangkan untuk impor berlaku keadaan sebaliknya, nilai nominal impor naik 5,70 persen, tetapi nilai riil impor hanya naik 0,30 persen saja. Hal ini disebabkan karena deflator semester I 2013 (= 219,89) naik dibandingkan dengan deflator 2012 (= 208,65), atau naik 5,39 persen. Artinya, untuk barang-barang impor terjadi kenaikan harga (inflasi) rata-rata sebesar 5,39 persen.

Tabel 4: Ekspor dan impor menurut nilai nominal versus nilai riil

Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,92 persen pada semester I 2013 ini secara umum dapat dikatakan sangat baik mengingat kondisi perekonomian dunia yang masih belum menentu. Tetapi pertumbuhan yang baik tersebut justru bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Apabila diukur dengan mata uang transaksi (dolar), nilai ekspor turun cukup tajam (6,09 persen). Meskipun demikian, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi ternyata masih bisa sangat tinggi, yaitu 1,99 persen.

Sebaliknya, impor yang meskipun turun (dalam mata uang transaksi) tidak terlalu tajam (hanya 2,16 persen) apabila dibandingkan dengan ekspor, tetapi kontribusi impor terhadap pertumbuhan ekonomi justru jauh lebih rendah dari ekspor, yaitu hanya 0,3 persen saja.

Inilah yang disebut sebuah anomali pertumbuhan ekonomi: kondisi lapangan buruk tetapi data statistik menunjukkan angka yang sangat baik.

Masyarakat silakan menilai sendiri bagaimana kondisi sebenarnya pertumbuhan ekonomi kita pada semester I 2013 ini, yang menurut BPS mencapai 5,92 persen.

Saya rasa pertumbuhan ekonomi semester II 2013 akan mengalami tekanan yang luar biasa karena kontribusi ekspor bersih (ekspor - impor) dan perubahan inventori (lihat baris 4 - baris 6 pada tabel 2 di atas) akan negatif, sehingga akan menekan pertumbuhan yang berasal dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi.

--- 0000 ---

Comments

  1. boleh pak berkunjung ke blog ku, aku punya beberapa analisa ekonomi http://adhamaskipangeran.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baik, pak, nanti kami akan mengunjungi blog Bapak. Salam, Anthony.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial