Pertumbuhan Ekonomi 2016 Sebesar 5,0 persen: Meragukan?

Pertumbuhan ekonomi 2016 sampai akhir kuartal ketiga (Januari – September) tercatat 5,04 persen, naik dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 4,79 persen. Fakta ini cukup mengejutkan karena banyak pelaku bisnis mengeluh dan mengatakan ekonomi 2016 terasa jauh lebih lesu dari 2015. Untuk itu, mari kita lihat tabel di bawah ini yang memuat sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan Pengeluaran atau Konsumsi yang terbagi menjadi Konsumsi Dalam Negeri dan Konsumsi Bersih Luar Negeri (Ekspor-Impor), di mana totalnya menjadi Total Konsumsi.

Perubahan Inventori adalah selisih antara Produksi dan Konsumsi. Artinya, Produksi yang tidak terserap Konsumsi pada prinsipnya menambah Inventori. Sebaliknya, kalau Konsumsi lebih besar dari Produksi pada periode berjalan, maka berarti Konsumsi tersebut dipenuhi dari Inventori sehingga menyebabkan Inventori berkurang.

Sedangkan Diskrepansi Statistik menggambarkan tingkat akurasi dan keandalan metode perhitungan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi Diskrepansi Statistik maka semakin diragukan kualitas dan tingkat akurasi perhitungan pertumbuhan ekonomi tersebut.


Konsumsi Dalam Negeri
Kontribusi Konsumsi Dalam Negeri terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2016 (9 bulan) lebih rendah dibandingkan dengan 2015 (setahun), yaitu 4,50 persen versus 4,79 persen. Kontribusi Konsumsi Pemerintah juga turun dari 0,46 persen (2015) menjadi 0,15 persen (2016: 9 bulan). Kontribusi Investasi (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) juga turun sedikit dari 1,64 persen (2015) menjadi 1.56 persen.  

Konsumsi Luar Negeri: Ekspor – Impor: Net Ekspor
Ekspor dan impor pada 2015 masih tertekan, dan masing-masing mengalami penurunan. Meskipun ekspor turun (minus 0,47 persen), tetapi impor turun lebih tajam lagi (minus 1,36 persen), sehingga Net Ekspor, yaitu Ekspor minus Impor, tercatat positif 0,89 persen.

Untuk 2016, Ekspor dan Impor masih turun, dan Net Ekspor menjadi negatif (0,08 persen). Hal ini disebabkan, Impor hanya turun 0,82 persen, sedikit lebih rendah dari penurunan Ekspor (minus 0,9 persen).

Total Konsumsi
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang diukur dari Total Konsumsi pada 2016 (9 bulan) hanya 4,42 persen saja, turun tajam dibandingkan dengan 2015 sebesar 5,68 persen.

Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi 2016 (9 bulan) dapat meningkat menjadi 5,04 persen (dari 4,42 persen) karena Diskrepansi Statistik tercatat cukup tinggi, yaitu 0,63 persen: selisih antara sisi Produksi dan sisi Konsumsi yang belum dapat dijelaskan.

Diskrepansi Statistik merupakan hal biasa. Tetapi, 0,63 persen adalah angka yang cukup tinggi sehingga kita patut menanyakan (meragukan?) apakah pertumbuhan ekonomi 2016 (9 bulan) memang benar 5,04 persen?  

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2016 Sangat Mengkhawatirkan
Kalau kita dalami pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016, maka angkanya lebih mengkhawatirkan lagi: pertumbuhan ekonomi yang berasal dari Konsumsi Dalam Negeri hanya 3,82 persen saja!
  • Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga hanya datar saja (2,70 persen).
  • Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah bahkan minus 0,25 persen. Program Tax Amnesty sepertinya tidak membantu banyak, dan belanja Pemerintah anjlok.
  • Pertumbuhan Investasi pada kuartal III 2016 juga anjlok menjadi hanya 1,30 persen saja. Bayangkan, pertumbuhan Investasi pada 2012 sempat mencapai 2,90 persen.
Net Ekspor kuartal III 2016 membukukan pertumbuhan negatif, yaitu minus 0,55 persen. Hal ini berarti, pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2016 (yang berasal dari Total Konsumsi) hanya 3,27 persen! 

Pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2016 bisa mencapai 5,02 persen karena Diskrepansi Statistik tercatat 1,65 persen! Luar biasa tingginya. Jadi, berapa sebenarnya pertumbuhan ekonomi Kuartal III 2016? 3,27 persen atau 5,02 persen, atau di antara itu?

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi Kuartal IV 2016? Apakah memang harus dipertahankan sekitar 5 persen juga?

--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial