Ekspor dan Impor Januari 2016 Mengkhawatirkan: Perlu Paket Kebijakan Ekonomi Lanjutan?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasi pada 15 Februari 2016, kinerja ekspor dan impor kita selama Januari 2016 masih sangat mengkhawatirkan.

Ekspor Januari 2016
Ekspor Januari 2016 hanya tercatat 10,50 miliar dolar AS saja, turun drastis dibanding Januari 2015 yang mencapai 13,25 miliar dolar AS. Penurunan sebesar 2,75 miliar dolar AS ini, atau 20,73 persen, menunjukkan ekonomi kita masih lemah, bahkan cenderung masih menurun. Lihat Tabel 1.

Penurunan ekspor Januari 2016 ini memperpanjang penurunan ekspor bulanan (year-on-year) menjadi 16 bulan berturut-turut, yaitu sejak Oktober 2014 hingga Januari 2016. Oleh karena itu, kita patut prihatin atas penurunan ekspor yang berkelanjutan ini, di mana nilai ekspor untuk tahun 2015 hanya mencapai 150,28 miliar dolar AS, turun drastis dibanding ekspor 2013 yang mencapai 182,35 miliar dolar AS, atau anjlok menjadi kurang dari 75 persen dibanding nilai ekspor tertinggi pada 2011 yang mencapai 203,50 miliar dolar AS.

Perlu dicatat, penurunan ekspor untuk tahun 2015 yang mencapai 25,70 miliar dolar AS dibandingkan dengan tahun 2014 merupakan penurunan ekspor tahunan yang paling tajam selama ini.
Tabel 1: Ekspor Januari 2013 sampai dengan Januari 2016, dan Perubahannya (y-o-y)

Impor Januari 2016
Kinerja impor pada Januari 2016 juga anjlok menjadi 10,45 miliar dolar AS dibanding Januari 2015 yang mencapai 12,61 miliar dolar AS, atau turun 2,11 miliar dolar AS, atau 17,15 persen. Seperti halnya pada ekspor, penurunan impor pada Januari 2016 ini juga merupakan penurunan impor bulanan yang ke 16 secara berturut-turut. Lihat Tabel 2.
Tabel 2: Impor Januari 2013 sampai dengan Januari 2016, dan Perubahannya (y-o-y)

Yang membuat kita prihatin adalah, nilai impor bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari 2016 mengalami penurunan sangat tajam dibanding januari 2015, yaitu masing-masing 22,03 persen dan 18,96 persen. Data ini menunjukkan bahwa aktivitas produksi dan investasi pada Januari 2016 masih belum bangkit dan bahkan melemah. Apakah penurunan ini ada kaitannya dengan berita penutupan beberapa pabrik dan/atau perusahaan-perusahaan besar beberapa minggu belakangan ini? Apakah berita tersebut sudah berdampak pada aktivitas produksi serta investasi?

Dominasi Tiongkok
Dari total impor sebesar 10,45 miliar dolar AS pada Januari 2016, impor nonmigas mencapai 9,23 miliar dolar AS, di mana posisi Tiongkok masih sangat dominan menguasai pasar Indonesia dengan pangsa pasar 26,86 persen. Impor nonmigas dari Tiongkok pada Januari 2016 tercatat 2,48 miliar dolar AS. Jumlah ini sekitar 2,8 kali lipat dari impor asal Jepang yang menduduki peringkat terbesar kedua.
Tabel 3: Perkembangan Impor Indonesia: Januari, 2105 dan 2016

Impor Barang Konsumsi Naik: Dampak MEA?
Tetapi, yang sangat mengkhawatirkan adalah tidak semua jenis golongan barang impor turun. Sebaliknya, impor barang konsumsi pada Januari 2016 malah meroket dan naik tajam sebesar 47,68 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015.

Seperti kita ketahui, Januari 2016 adalah bulan pertama kita memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Apakah meroketnya impor barang konsumsi pada Januari 2016 ini dapat disimpulkan bahwa kita sedang menghadapi gempuran barang konsumsi dari negara-negara ASEAN?

Penutup
Melihat data ekspor dan impor seperti digambarkan di atas, kitapun bertanya-tanya, apakah target pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,3 persen dapat tercapai? Apakah target penerimaan pajak sebesar Rp 1,360 triliun, yang naik sekitar 28,5 persen dari realisasi penerimaan pajak 2015, masih realistis?

Bagaimana pendapat Anda?

--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial