Mitos 2015: Penyerapan Anggaran Belanja Penyebab Pelambatan Ekonomi 2015
Pertumbuhan ekonomi pada semester I 2015 hanya mencapai
4,70 persen, jauh lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintah pada
APBN-P 2015 yang sebesar 5,7 persen. Pertumbuhan yang cukup mengecewakan ini juga
lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2014 yang tercatat 5,01 persen. Pada
awalnya, kondisi ekonomi global yang masih belum bangkit dari resesi sejak 2008
dijadikan alasan atas pelambatan pertumbuhan ekonomi 2015 ini. Kini, penyerapan
anggaran belanja pemerintah (government
spending) yang katanya sangat lambat sekali realisasinya menjadi kambing
hitam pelambatan ekonomi 2015 ini. Apakah benar seperti itu? Apakah benar penyerapan
anggaran belanja pemerintah yang katanya sangat rendah ini menjadi penyebab
pelambatan ekonomi pada semester I ini?
Untuk itu mari kita lihat tabel-tabel di bawah ini. Tabel 1 memuat data Produk Domestik Bruto (PDB) harga berlaku (dalam triliun rupiah) tahun 2014, tabel 2 memuat data PDB harga berlaku (dalam triliun rupiah) tahun 2015, dan tabel 3 memuat perbandingan penyerapan anggaran belanja pemerintah, atau pengeluaran konsumsi pemerintah, untuk tahun 2014 versus 2015.
Untuk itu mari kita lihat tabel-tabel di bawah ini. Tabel 1 memuat data Produk Domestik Bruto (PDB) harga berlaku (dalam triliun rupiah) tahun 2014, tabel 2 memuat data PDB harga berlaku (dalam triliun rupiah) tahun 2015, dan tabel 3 memuat perbandingan penyerapan anggaran belanja pemerintah, atau pengeluaran konsumsi pemerintah, untuk tahun 2014 versus 2015.
Tabel 1: Produk Domestik Bruto (PDB) 2014 (dalam triliun rupiah)
Tabel 2: Produk Domestik Bruto (PDB) 2015 (dalam triliun rupiah)
Dari tabel 3 dapat dilihat Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada kuartal I 2015 mencapai Rp 180 triliun, naik Rp 14 triliun, atau 8,50 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 dengan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar Rp 166 triliun. Kemudian, pada kuartal II 2015 pengeluaran konsumsi pemerintah naik Rp 25 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yaitu dari 229 triliun pada kuartal II 2014 menjadi Rp 254 triliun pada kuartal II 2015, atau naik 10,87 persen.
Dengan demikian, maka total pengeluaran konsumsi pemerintah selama semester I 2015 naik Rp 39 triliun atau 9,88 persen dibandingkan dengan semester I 2014. Kenaikan ini sebenarnya sudah cukup tinggi. Sebagai perbandingan, pengeluaran konsumsi pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya hanya naik sekitar 10 persen hingga 12 persen saja dari tahun sebelumnya, tidak berbeda jauh dengan realisasi pada semester I 2015 ini.
Jadi, pendapat bahwa penyerapan anggaran pemerintah pada semester pertama 2015 masih sangat minim sehingga membuat pertumbuhan ekonomi semester I 2015 melambat patut dipertanyakan kebenarannya. Faktanya, belanja pemerintah sudah tumbuh 9,88 persen selama semester pertama 2015 dibandingkan dengan semester pertama 2014.
Selain itu, kalau kita lihat kontribusi pertumbuhan konsumsi pemerintah terhadap PDB pada kuartal II 2015 yang mencapai 0,18 persen, hal ini menunjukkan belanja pemerintah untuk kuartal II, dan juga semester I, 2015 sebenarnya sudah cukup optimal. Pasalnya, kontribusi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan PDB pada tahun-tahun sebelumnya hanya sekitar 0,1 persen – 0,25 persen. Perlu dicatat, kontribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan PDB 2014 hanya 0,16 persen saja.
Setelah melihat uraian di atas, masihkah kita berharap belanja pemerintah pada semester II ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2015 secara signifikan? Atau ini hanya mitos saja?
Tabel 3: Perbandingan Konsumsi Pemerintah 2015 terhadap 2014
Dari tabel 3 dapat dilihat Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada kuartal I 2015 mencapai Rp 180 triliun, naik Rp 14 triliun, atau 8,50 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 dengan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar Rp 166 triliun. Kemudian, pada kuartal II 2015 pengeluaran konsumsi pemerintah naik Rp 25 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yaitu dari 229 triliun pada kuartal II 2014 menjadi Rp 254 triliun pada kuartal II 2015, atau naik 10,87 persen.
Dengan demikian, maka total pengeluaran konsumsi pemerintah selama semester I 2015 naik Rp 39 triliun atau 9,88 persen dibandingkan dengan semester I 2014. Kenaikan ini sebenarnya sudah cukup tinggi. Sebagai perbandingan, pengeluaran konsumsi pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya hanya naik sekitar 10 persen hingga 12 persen saja dari tahun sebelumnya, tidak berbeda jauh dengan realisasi pada semester I 2015 ini.
Jadi, pendapat bahwa penyerapan anggaran pemerintah pada semester pertama 2015 masih sangat minim sehingga membuat pertumbuhan ekonomi semester I 2015 melambat patut dipertanyakan kebenarannya. Faktanya, belanja pemerintah sudah tumbuh 9,88 persen selama semester pertama 2015 dibandingkan dengan semester pertama 2014.
Selain itu, kalau kita lihat kontribusi pertumbuhan konsumsi pemerintah terhadap PDB pada kuartal II 2015 yang mencapai 0,18 persen, hal ini menunjukkan belanja pemerintah untuk kuartal II, dan juga semester I, 2015 sebenarnya sudah cukup optimal. Pasalnya, kontribusi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan PDB pada tahun-tahun sebelumnya hanya sekitar 0,1 persen – 0,25 persen. Perlu dicatat, kontribusi konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan PDB 2014 hanya 0,16 persen saja.
Setelah melihat uraian di atas, masihkah kita berharap belanja pemerintah pada semester II ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2015 secara signifikan? Atau ini hanya mitos saja?
--- 000 ---
Comments
Post a Comment