Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2017 Masih Mengecewakan
Cukup mengejutkan, Pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 2017
hanya 5,1 persen saja, lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,4 persen. Bahkan, target pertumbuhan 5,1 persen ini tidak jauh berbeda dengan realisasi pertumbuhan 2016 yang sebesar 5,02 persen. Padahal Tax Amnesti yang digadang-gadang akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia meroket dinyatakan
sangat sukses.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada akhir minggu lalu baru saja mengeluarkan
data ekonomi terbaru. Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2017 hanya tercatat 5,01
persen saja, masih di bawah target pertumbuhan yang cukup konservatif tersebut.
Namun, dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal I 2016 yang sebesar 4,92 persen,
memang terjadi kenaikan. Apakah dengan demikian peningkatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2017 ini sudah dapat dikatakan menjadi titik balik dari
penurunan pertumbuhan ekonomi yang berkepanjangana sejak 2012?
Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 tercatat lebih tinggi dari
kuartal yang sama tahun sebelumnya, namun banyak pelaku bisnis merasa aktivitas ekonomi masih
sepi. Artinya, ada kesenjangan antara catatan pertumbuhan ekonomi dengan fakta di
lapangan. Untuk itu, mari kita lihat tabel di bawah ini yang memuat sumber
pertumbuhan ekonomi berdasarkan Pengeluaran (atau Konsumsi) yang terbagi menjadi
(1) Konsumsi Dalam Negeri, (2) Total Konsumsi / Produksi Domestik Bruto minus
Ekspor-Impor, dan (3) Total Produk Domestik Bruto. Lihat Tabel di bawah ini.
Pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2017 versus Kuatal I 2016 |
Pertumbuhan Konsumsi Dalam Negeri Kuartal I 2017 Melemah
Sumber pertumbuhan yang berasal dari Konsumsi
Dalam Negeri pada kuartal I 2017 turun dibandingkan dengan kuartal I 2016,
yaitu dari 4,77 persen menjadi 4,51 persen. Hal ini menunjukkan ekonomi domestik masih lemah: Konsumsi Rumahtangga belum bergairah, Konsumsi Pemerintah yang memang
tidak bisa diharapkan banyak masih stagnan. Dan yang sangat mengkhawatirkan adalah sumber
pertumbuhan dari Investasi (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto) bahkan
anjlok dari 1,79 persen menjadi 1,54 persen. Data
ini membenarkan apa yang dirasakan oleh para pelaku bisnis yang merasa ekonomi domestik masih belum bergairah, bahkan terasa lebih lesu.
Produk Domestik Bruto (PDB) dikurangi (Ekspor
– Impor) Turun
Pertumbuhan
konsumsi kuartal I 2017 tidak semuanya berasal dari produksi di periode yang
sama. Setelah dikoreksi statistik, maka pertumbuhan ekonomi yang terserap di
dalam negeri pada kuartal I 2017 bahkan turun cukup tajam dibandingkan dengan kuartal yang sama 2016, yaitu dari 4,90 persen menjadi 4,28 persen saja.
Hal ini menjelaskan
pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 masih jauh dari harapan masyarakat, dan dapat
dikatakan lebih buruk dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2016.
Pertumbuhan Konsumsi Luar Negeri: Ekspor Meningkat Terpicu Harga Komoditas
Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017
terselamatkan oleh Net Ekspor yang meningkat cukup tinggi dari kuartal yang sama tahun
sebelumnya. Sumber pertumbuhan yang berasal dari Net Ekspor (Ekspor minus
Impor) meningkat tajam dari 0,02 persen pada kuartal I 2016 menjadi 0,73 persen
pada Kuartal I 2017. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan
yang cukup drastis pada ekspor: Sumber pertumbuhan Ekspor naik dari minus 0,90 persen menjadi plus 1,71 persen. Peningkatan
pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari Impor.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah
peningkatan Ekspor ini terjadi karena adanya peningkatn produksi akibat lonjakan
permintaan dari luar negeri? Sepertinya tidak seperti itu. Sepertinya,
peningkatan Ekspor lebih disebabkan karena kenaikan Harga Komoditas andalan ekspor
Indonesia di mana harga rata-rata pada kuartal I 2017 jauh lebih tinggi dari harga rata-rata pada kuartal I 2016. Lihat
Tabel di bawah ini. Ketiga jenis komoditas tersebut beserta produk turunannya memberi kontribusi sangat signifikan terhadap total ekspor Indonesia, bisa mencapai 30 persen hingga 35 persen dari total ekspor,
Harga Batubara Acuan, pasar spot, FOB, US dollars per Metric Ton |
Singapore Commodity Exchange, No. 3 Rubber Smoked Sheets, US cents per Pound |
Palm oil, Malaysia Palm Oil Futures, US dollars per Metric Ton |
Penutup
Kenaikan harga komoditas seperti digambarkan di
atas sebagai pemicu peningkatan ekspor tidak akan bertahan lama. Pada kuartal
II 2017, harga komoditas mulai terkoreksi meskipun nampaknya masih
lebih tinggi dari kuartal II 2016. Namun, kenaikan harga rata-rata komoditas
untuk tahun 2017 kemungkinan besar tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan
tahun 2016 mengingat pertumbuhan ekonomi global masih lemah. Artinya, sumber
pertumbuhan dari Net Ekspor dapat terkoreksi di kuartal-kuartal selanjutnya
sehingga pertumbuhan ekonomi 2017 dapat turun di bawah 5,0 persen, yang artinya lebih
rendah dari pertumbuhan ekonomi 2016.
Oleh
karena itu, pemerintah harus segera dapat mengantisipasi hal di atas dengan
memberi stimulus ekonomi untuk memacu pertumbuhan domestik. Gagal dalam hal
ini, niscaya pertumbuhan ekonomi 2017 akan mengecewakan semua pihak dan dapat
anjlok ke titik rendah baru.
--- 000 ---
Comments
Post a Comment