Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2015 Mengkhawatirkan: Mungkinkah Terjadi 'Crash'?

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 sebesar 5,7 persen, jauh lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2014 yang hanya mencapai 5,0 persen. Setelah tiga bulan berlalu, apakah terlihat tanda-tanda bahwa target pertumbuhan tersebut dapat tercapai?

Berdasarkan data dari berbagai sektor industri selama triwulan pertama 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum menunjukkan pelambatan yang cukup serius. Bahkan beberapa sektor industri mengalami penurunan kinerja yang cukup tajam, dan dikhawatirkan dapat memicu krisis ekonomi. Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  • Penerimaan pajak pada triwulan I 2015 hanya mencapai Rp 198,23 triliun saja, jauh dibawah realisasi penerimaan pajak pada triwulan I 2014 yang mencapai Rp 210,06 triliun, atau turun sekitar 5,63 persen. Dibandingkan dengan target penerimaan pajak tahun 2015, realisasi penerimaan pajak pada triwulan I 2015 ini hanya mencapai 15,32 persen saja. Hal ini mencerminkan terjadi penurunan (bukan hanya pelambatan) pada aktivitas ekonomi sepanjang triwulan I 2015.
  • Ekspor pada dua bulan pertama (Jan-Feb) 2015 turun 11,88 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. Penurunan ekspor tersebut dipicu oleh penurunan ekspor non-migas sebesar 9,22 persen dan ekspor migas sebesar 24,01 persen. Penurunan ekspor non-migas yang sedemikian besarnya (9,22 persen) cukup mengkhawatirkan bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Lihat gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1: Neraca Perdagangan Jan – Feb 2014 dan Jan - Feb 2015

  • Impor pada dua bulan pertama (Jan-Feb) 2015 juga turun, yaitu 15,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. Namun demikian, impor non-migas hanya turun 6,32 persen, sedangkan impor migas turun 45,28 persen. Penurunan impor migas ini dikhawatirkan hanya bersifat sementara dan akan menjadi defisit pada bulan-bulan selanjutnya karena perbedaan waktu impor, mengingat Indonesia sudah menjadi negara net importir minyak bumi.
  •  Meskipun surplus neraca perdagangan pada Jan-Feb 2015 meningkat, yaitu dari surplus 395 juta dolar AS pada Jan-Feb 2014 menjadi surplus 1,482 miliar dolar AS pada Jan-Feb 2015, namun peningkatan surplus tersebut bukan karena peningkatan kinerja ekspor (ingat: ekspor turun 11,88 persen), tetapi karena penurunan impor yang sangat signifikan, di mana penurunan impor ini tentu saja akan berdampak negatif pada kegiatan ekonomi 2015.
  • Di samping itu, kualitas peningkatan surplus perdagangan Jan-Feb 2015 tersebut cukup mengkhawatirkan karena kinerja perdagangan non-migas pada 2015 turun dibanding 2014: neraca perdagangan non-migas Jan-Feb 2014 mengalami surplus 2,18 miliar dolar AS, tetapi kemudian turun menjadi 1,35 miliar dolar AS pada periode yang sama 2015.
  • Sektor otomotif anjlok:
    • Penjualan mobil pada triwulan I 2015 mengalami penurunan hingga 15 persen dibanding triwulan I 2014. (baca: http://bit.ly/1GZHX2R
    • Penjualan sepeda motor pada triwulan I 2015 mengalami penurunan sekitar 17 persen dibanding triwulan I 2014. (baca: http://bit.ly/1PChXhK

  • Sektor properti juga mengalami penurunan tajam, khususnya untuk sub-sektor perkantoran dan apartemen. Menurut Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Jawa Barat, pasar properti komersial di Jawa Barat hingga triwulan I 2015 mengalami penurunan permintaan hingga 30 persen dibanding tahun sebelumnya. (baca: http://bit.ly/1FBHcJ1 
  • Sedangkan pasar properti komersial di Jawa Tengah mengalami penurunan hingga 20 persen. (baca: http://bit.ly/1DWwxOl
  • Penjualan semen secara nasional juga ikut turun sebesar 3,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2014 seiring dengan anjloknya pasar properti. (baca: http://bit.ly/1CH4knt
  •  Menurut Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA), sektor pendukung properti, seperti kaca dan gelas, juga mengalami penurunan hingga 30 persen. (baca: http://bit.ly/1I5WBnL)
  • Masih menurut Dirut BCA, pinjaman kredit pada triwulan I 2015 juga mengalami penurunan.

Berdasarkan data tersebut di atas, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2015 akan jauh di bawah pertumbuhan triwulan I 2014 yang sebesar 5,21 persen: mudah-mudahan tidak lebih rendah dari 3,5 persen.


--- 000 ---

Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial