How High Will You Go: BI Rate

Pada tanggal 12 November 2013, Bank Indonesia menaikkan lagi BI rate sebesar 0,25 persen, menjadi 7,50 persen. Kurs tengah harian Bank Indonesia pada tanggal 11 November 2013 tercatat Rp 11.486 per dolar AS. Setelah BI rate naik, kurs rupiah masih melemah terus. Pada hari ini, 28 November 2013, kurs tengah harian Bank Indonesia tercatat Rp 11.930 per dolar AS. Kurs rupiah di Bloomberg bahkan sudah tembus Rp 12.000 per dolar AS, dan ditutup Rp 12.018 pada 28 November 2013. Jadi, penaikan BI rate tidak dapat menahan kemerosotan kurs rupiah terhadap dolar AS.

Fenomena ini juga terlihat pada penaikan-penaikan BI rate sebelumnya, yaitu dari 5,75 persen menjadi 7,25 persen, di mana kurs rupiah tetap turun ketika BI rate dinaikkan. Lihat tulisan berikut: http://bit.ly/1b8uAzH.

Bank Indonesia mungkin berkilah, penaikan BI rate bukan hanya ditujukan untuk menahan kemerosotan kurs rupiah. Penaikan BI rate juga diharapkan dapat menahan laju inflasi dan, khususnya, defisit transaksi berjalan yang sudah mengalami defisit selama 8 kwartal berturut-turut. Penaikan BI rate diharapkan dapat menahan capital outflow dan/atau menarik capital inflow sehingga defisit transaksi berjalan diharapkan dapat membaik, yang pada gilirannya diharapkan dapat menahan laju kemerosotan kurs rupiah. Sayangnya, kenyataan jauh dari harapan. Dan, memang seharusnya sudah dapat diprediksi bahwa penaikan BI rate tidak dapat menolong kemerosotan kurs rupiah. Alasannya sebagai berikut.

Melihat kondisi ekonomi internasional saat ini, kemungkinan capital outflow lebih tergantung dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), khususnya terkait dengan kebijakan  Bank Sentral AS (the FED) yang akan mengurangi stimulus (tapering). Kalau itu terjadi (dan akan terjadi, tinggal menunggu waktu saja), maka arus keluar dana asing dari Indonesia tidak terbendung lagi, dan defisit transaksi berjalan akan membengkak. Dalam hal ini, penaikan BI rate tidak dapat menahan arus keluar dana asing tersebut, dan kurs rupiah akan melemah.

Apakah penaikan BI rate dapat menarik dana asing masuk? Hal ini juga sangat mustahil apabila the FED melaksanakan tapering karena likuiditas dolar AS di luar negeri akan menjadi langka, sehingga dollar inflow sulit diharapkan untuk dapat membantu defisit transaksi berjalan.

Di sisi lain, semua orang tentu saja mengerti bahwa penaikan BI rate akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia juga mengerti akan hal ini. Dan, menurut berita, memang ini yang diharapkan oleh Bank Indonesia, dengan berteori, penurunan ekonomi dapat membantu mengurangi impor sehingga defisit perdagangan dapat membaik, dan, oleh karena itu, defisit transaski berjalan juga akan membaik. Nalar pikiran seperti ini sangat berbahaya karena mengandung penuh spekulasi. Penaikan BI rate di lain pihak juga dapat berdampak negatif pada arus investasi asing (foreign direct investment) di Indonesia, sehingga berdampak negatif pada neraca transaksi berjalan.

Yang jelas, sampai saat ini penaikan BI rate belum dapat menolong defisit necara transaksi berjalan atau membantu kurs rupiah menguat. Pertanyaannya adalah, apakah Bank Indonesia akan menaikkan lagi BI rate? Sampai berapa tinggi? How High Will You Go, BI Rate?


Comments

Popular posts from this blog

Ini Alasannya Mengapa Petani Menjadi Miskin Dalam Jangka Panjang

Realisasi dan Target Penerimaan Pajak 2015 dan 2016: tersandung di lubang yang sama?

Peran Perpajakan Sebagai Instrumen Redistribusi Pendapatan untuk Mengurangi Kesenjangan Sosial